JAKARTA Ketua Presidium IPW, Sugeng Teguh Santoso mengatakan, bahwa tuduhan LQ Indonesia Lawfirm terkait dugaan adanya mafia hukum di Polda Metro Jaya harus disikapi secara seriyus oleh POLRI/KAPOLRI. "Penyalah gunaan kewenangan dalam konteks penegakaan hukum oleh APH (aparat penegak hukum polisi, jaksa dan Hakim) adalah soal yang sangat sulit dibongkar karena oknum
Bupatiserahkan hewan kurban puluhan masjid di Minahasa. Rabu, 13 Juli 2022 17:00 Wabup Minahasa harap penyuluhan program KB cegah stunting Makam Brigadir Yoshua dibongkar guna otopsi ulang. 1 hari lalu "Penduduk paling banyak di Sulut ada di Kota Manado sebanyak 451.916 orang atau 17,21 persen dari jumlah penduduk Sulut," jelasnya.
MTerkinicom, MANADO - Pohon Kasih di Kawasan Mega Mas tepatnya di seberang jalan Lapangan Mega Mal, samping Indomaret check point kini tinggal kenangan.Pantauan (26/4/2016) Pohon Kasih terbuat dari besi menjulang ke angkasa
Vay Tiền Nhanh Ggads. 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID 9Sz26OmaUKH3znxf5gru3f4FaONdOtonyCjP28gbZqE_Mf-7uAoyug==
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID wAaAREGJ0fY13CKYoMMDnGgUJZ0PWd0knzwrgB8JE8C9oLE44FzJUA==
Manado - Kehidupan masyarakat Kota Manado yang plural diwarnai dengan hadirnya rumah-rumah ibadah, yang letaknya berdekatan, bahkan bersebelahan seperti masjid dan gereja. Keberadaan sejumlah masjid tak hanya dilihat sebagai sebuah rumah ibadah, melainkan juga mempunyai nilai sejarah. Berikut sejumlah masjid di Manado yang memiliki nilai historis. Masjid Imam Bonjol Lota Dari namanya saja, kita bisa tahu bahwa masjid ini terkait erat dengan sosok pahlawan nasional Tuanku Imam Bonjol. Letak masjid ini di pinggiran kota Manado, masuk wilayah Kabupaten Minahasa, tepatnya di Desa Lota, Kecamatan Pineleng. Kisah Mistis di Balik Munculnya 7 Buaya Nusakambangan Tato Tulisan Sugeng Jadi Kunci Penangkapan Pelaku Mutilasi di Malang Tinggalkan Teman dalam Lubang Tambang, 2 WNA Tiongkok Diciduk Polisi Membutuhkan waktu sekitar 20 menit perjalanan dengan kendaraan bermotor untuk sampai ke lokasi ini. Letaknya di sisi kiri jalan, tepat berhadapan dengan makam Tuanku Imam Bonjol. Bercat putih dengan kombinasi warna hijau, masjid berukuran sedang ini berada di tengah-tengah kompleks permukiman warga yang umumnya beragama Nasrani. "Pak Imam belum datang. Biasanya agak siang beliau ada. Tapi yang di dalam masjid itu Jamaah Tabllig asal Pakistan," ujar Ahmad, warga yang tinggal di sekitar masjid. Dia mengaku tidak tahu persis kapan tepatnya masjid itu dibangun. Namun, berdasarkan cerita yang berkembang bahwa keberadaan rumah ibadah umat Islam itu bersamaan dengan kehadiran Tuanku Imam Bonjol di Lota. Perlawanan Imam Bonjol terhadap kolonial Belanda membuat ia harus diasingkan ke berbagai pelosok nusantara. Ulama besar dari Minangkabau itu mengembuskan nafas terakhirnya pada 6 November 1864, di sebuah desa kecil bernama Lota, Kecamatan Pineleng, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara. "Tuanku Imam Bonjol rela diasingkan, daripada harus berkhianat pada bangsanya. Hingga akhirnya dia wafat di Lota ini," tutur Nurdin Popa, salah seorang keturunan dari pengawal Imam Bonjol yang bernama Apolos Minggu. Kini di kompleks sekitar makam Tuanku Imam Bonjol, terdapat sedikitnya 20 kepala keluarga. Merekalah yang setiap hari mengurus keberadaan makam Imam Bonjol, juga masjid Imam Bonjol. "Kami semua punya garis keturunan yang sama dari Apolos Minggu. Keluarga-keluarga ini yang membentuk komunitas Islam di Lotta, dan kemudian menyebar ke Pineleng sebagai pusat kecamatan," tutur dia. Masjid Baitul Islam TaasMasjid Baitul Islam Taas. IkanubunLetaknya di Kelurahaan Taas, Kecamatan Tikala, Kota Manado. Ini satu-satunya masjid milik Jemaah Ahmadiyah Manado. "Ini tempat berkumpul dan beribadah jemaah Ahmadiyah di Manado," ujar Syamsul Ulum, mubalig Jemaah Ahmadiyah Manado, Selasa, 14 Mei 2019 sore. Sore itu, Syamsul menggelar diskusi dan buka puasa bersama dengan puluhan mahasiswa dari Institut Agama Islam Negeri IAIN Manado. Sejumlah pertanyaan dan klarifikasi mengalir dalam diskusi itu. Pembangunan Masjid Baitul Islam ini terkait erat dengan sejarah masuknya Ahmadiyah di Manado. Sejumlah tokoh yang berperan dalam perkembangan Jemaah Ahmadiyah di Manado antara lain Jusuf Pontoh dan Abdul Hajat Djafar. Nama terakhir ini adalah seorang pengusaha asal Makasar, dan kini berdomisili di Manado. Menurut Jusuf, Abdul Hajat Djafar sudah masuk Ahmadiyah sejak masih di Makasar. Mereka kemudian membangun Jemaat Ahmadiyah di Manado di sekitar tahun 1970-an. Selain Jusuf dan Abdul Hajat Djafar, salah satu tokoh Jemaah Amhadiyah di Manado adalah Sugeng Musdi. Dia adalah Ketua Organsiasi Ahmadiyah Cabang Manado. "Saya dulu bekerja untuk Pak Hayat Abdul Hajat Djafar, mengantar bahan-bahan bangunan. Termasuk untuk masjid Ahmadiyah yang ada di Taas ini," ujar Sugeng. Sugeng mengaku dibaiat atau menjadi penganut Ahmadiyah pada tahun 1992. "Sejak itu saya aktif di Jemaah Ahmadiyah," ujar Sugeng yang berasal dari Jawa ini. Sugeng mengatakan, Masjid Baitul-Islam milik Jemaah Ahmadiyah Manado itu dibangun tahun 1986. "Waktu itu cuma pondasi, dan kerangka besi. Oleh swadaya jemaah akhirnya jadilah bangunan masjid seperti yang sekarang ini," tutur Sugeng. Kini masjid bercat kuning ini yang berada satu kompleks dengan rumah misi menjadi pusat keagamaan Jemaah Ahmadiyah Manado. Masjid Muttaqin PondolMasjid Muttaqin Pondol. IkanubunBangunannya tidak terlalu besar, dan jauh dari kesan megah. Berada di kampung Pondol yang masuk wilayah kelurahan Wenang Selatan, Kecamatan Wenang, Kota Manado. Sepintas keberadaan masjid ini biasa saja. Jamaah yang beribadah juga tak begitu banyak. Namun, masjid ini punya cerita sejarah yang menarik. Mengapa? Ini merupakan masjid pertama di Kota Manado. Selain itu, ketika Pangeran Diponegoro ditahan di Manado, sebelum dibuang ke Makassar dan wafat di sana, pahlawan nasional dalam Perang Jawa itu beberapa kali mengunjungi masjid ini. "Ini masjid pertama dan tertua di Manado," ungkap Inyo, warga setempat, Rabu, 15 Mei 2019. Terkait masjid tertua di Manado, sebenarnya ada dua versi. Ada pihak yang menyebut Masjid Agung Awwal Fathul Mubien yang berada di Kelurahan Islam, Kecamatan Tuminting, Manado, Sulawesi Utara, sebagai yang tertua. Namun, sebagian lagi menganggap Masjid Muttaqin yang pertama karena letaknya di pinggiran pantai, di mana banyak pedagang Islam pada masa lalu masuk ke Manado melalui laut. Kemudian, mereka mendirikan Masjid Muttaqin. "Ini masjid pertama di Manado. Saat Pangeran Diponegoro dibuang di Manado, beliau menunggangi kuda dan mengunjungi kawasan ini," ujar Haji Mohammad Albuchari 80, tokoh masyarakat Pondol. Simak video pilihan berikut iniMasjid Tiban yang terletak di Tuban, Jawa Timur, menyimpan banyak cerita di dalamnya.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
masjid dibongkar di manado