JagaMulut Kita Selama Berpuasa Ahmad Niam Syukri Jumat, 15 April 2022 | 17:00 WIB Masih teriang wejangan orang tua kuno kepada anak-anak kala itu, "kalau kamu sedang berpuasa, jangan sampai mulutmu menyakiti orang lain. Kalau itu terjadi, tapuklah mulutmu sendiri".
orangyang usianya tua sudah lemah sehingga tidak mampu lagi untuk berpuasa, atu lemah bukan disebabkan usia tua tetapi karena pembawaannya. Orang ini boleh tidak puasa dan bagginya wajib membayar fidyah. Pembayaran fidyah ini dengan cara memberikan sedekah kepada fakir miskin untuk ukuran indonesia diperkirakan ¾ liter beras setiap hari [16].
Terutamadisaat kita berpuasa kita dilatih jujur kepada diri sendiri. Terkadang kejujuran sangat sulit dilakukan, karena kejujuran membawa konsekuensi pada diri kita. Misalnya kita dihadapkan pada masalah dengan orang tua, maka konsekuensinya orang tua kita akan marah jika kita berkata jujur tentang kesalahan kita.
Vay Tiền Trả Góp 24 Tháng. Oleh NURCHOLISH MADJIDIdul Fitri adalah hari raya kita semua, hari raya kemanusiaan universal, hari raya kesucian primordial manusia, hari raya fitrah, hari raya manusia sebagai makhluk yang hanif, makhluk yang merindukan kebenaran dan kebaikan, yang berbahagia karena kebenaran dan kebaikan. Hari raya puncak perolehan kerohanian kita setelah berpuasa selama sebulan, hari raya kembali ke fitrah, kesucian asal ciptaan Allah untuk manusia Id-u-l-Fithr-i. Kita kembali ke fitrah kesucian adalah atas bimbingan Allah, Tuhan Yang Maha Esa, melalui latihan menahan diri yang kita jalankan dengan penuh ketulusan, yang telah kita genapkan bilangannya selama sebulan. Maka, di hari ini kita kumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil, sebagai pernyataan rasa syukur kita kepada Allah atas segala petunjuk-Nya itu. Hari raya puncak perolehan kerohanian kita setelah berpuasa selama sebulan Disebabkan oleh hakikatnya yang terkait langsung dengan ajaran dasar agama, maka hari raya ini adalah peristiwa yang amat sentral dalam kehidupan kaum beriman. Maka, marilah kita renungkan sejenak makna dan hakikat hari raya ini. Secara budaya keagamaan di negeri kita tercinta ini, dengan kedatangan hari raya kesucian manusia ini kita ucapkan Min al-'Aidin wal Faizin, semoga kita semua tergolong mereka yang kembali ke fitrah, dan berhasil tidak sia-sia menjalankan ibadah puasa. Karena, memang kembali ke fitrah itulah hasil dan wujud utama dari semangat takwa yang menjadi tujuan ibadah puasa. Tujuan itu terdapat secara umum dan universal pada semua manusia. Karena, itu setiap umat mempunyai cara sendiri dalam menjalankan ibadah puasa, sebagaimana kita umat Muhammad juga punya cara sendiri menjalankannya. Semuanya itu dengan tujuan membentuk manusia yang bertakwa. QS 2 183. Lalu apa makna dan hakikat takwa itu? Yang utama dan pertama ialah beriman kepada Allah dalam kegaiban, dalam keadaan kita tidak melihat-Nya dengan mata kepala kita, namun kita menyadari kehadiran-Nya dalam hidup kita. Takwa ialah kesadaran bahwa Allah beserta kita dimanapun kita berada, dan Allah itu Maha Tahu atas segala sesuatu yang kita perbuat. QS 57 4. Lalu apa makna dan hakikat takwa itu? Yang utama dan pertama ialah beriman kepada Allah dalam kegaiban. Menanamkan kesadaran akan kehadiran Tuhan dalam hidup itulah tujuan semua ibadah, dan hikmah seluruh ajaran Tuhan dalam semua kitab suci. Alquran menyebut dirinya sebagai kitab yang tiada keraguan di dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, yang sifat pertamanya ialah beriman kepada kegaiban, atau beriman dalam kegaiban. Dalam Alquran juga disebutkan bahwa kitab-kitab suci sebelumnya, seperti yang diturunkan kepada Nabi Musa bersama Nabi Harun, adalah juga dengan tujuan menanamkan kesadaran orang-orang yang bertakwa, yang takut kepada Tuhan dalam kegaiban, dalam keadaan mereka tidak melihat-Nya namun sadar akan kehadiran-Nya, sama dengan tujuan Alquran. QS 21 48-50. Berdasarkan ajaran pokok itu, Alquran juga mengajarkan bahwa percobaan Allah berupa adanya godaan penyelewengan adalah untuk diketahui siapa yang takut kepada Allah dalam kegaiban, dan siapa yang tetap melanggar dalam kegaiban ini. QS 5 4. Beriman kepada Allah dalam kegaiban! Takut kepada Allah dalam keadaan kita tidak melihat-Nya, tapi kita menyadari akan kehadiran-Nya dalam semua kegiatan kita. Itulah takwa! Itulah tujuan kita berpuasa. Beriman kepada Allah dalam kegaiban! Takut kepada Allah dalam keadaan kita tidak melihat-Nya, tapi kita menyadari akan kehadiran-Nya dalam semua kegiatan kita. Maka, jika kita tidak dapat mencapai tujuan itu, dengan sendirinya puasa kita adalah sia-sia, adalah muspra tanpa guna. Kita berpuasa hanya mendapatkan derita lapar dan dahaga semata. Sebab, jika kita masih melanggar batas dalam kegaiban, maka sesungguhnya kita tidak beriman. Atau, paling tidak iman kita cacat, tidak sempurna. Nabi SAW mengajarkan bahwa orang tidak akan berbuat dosa selagi ia beriman. Atau, tidaklah orang beriman selagi ia menjalankan perbuatan dosa. Oleh karena itu, sepatutnya kita senantiasa merenungkan keadaan diri kita. Kita semua merasa diri kita sebagai kaum beriman. Tetapi, dalam kenyataannya acapkali kita tidak dapat menahan diri, kemudian tergoda melakukan dosa, padahal Allah senantiasa menyaksikan. Dalam pikiran kita selalu ada ancaman adanya momen, saat sekejap betapapun singkatnya, ketika kita lalai, bahkan ingkar, akan kehadiran Tuhan dalam hidup kita, bahwa Tuhan beserta kita dimanapun kita berada. Jadi, sesungguhnya kita kaum beriman ini senantiasa terancam kehilangan iman. Karena itu, Allah SWT tetap memperingatkan kita kaum beriman untuk beriman! Yaitu, beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kepada ajaran Kitab Suci yang diturunkan kepada Rasul itu, serta kepada ajaran kitab-kitab suci yang diturunkan kepada para rasul sebelumnya. QS 4 136. Mengapa kita harus beriman kepada semua kitab suci dan semua nabi? Karena semua kitab suci dan semua nabi dan rasul mengajarkan ajaran yang sama. Semuanya mengajarkan beriman kepada Allah, menjalani hidup yang bersih, dan berbuat baik kepada sesama manusia. Mengapa kita harus beriman kepada semua kitab suci dan semua nabi? Karena semua kitab suci dan semua nabi dan rasul mengajarkan ajaran yang sama. Semua umat para nabi dan rasul adalah umat yang tunggal, dan semuanya harus bertakwa kepada Tuhan. "Wahai para rasul, makanlah kamu semua dan yang baik-baik, dan perbuatlah hal-hal yang baik. Sesungguhnya Aku Tuhan, mengetahui segala sesuatu yang kamu kerjakan. Dan sesungguhnya umat ini adalah umatmu sekalian, umat yang tunggal, dan Aku adalah Tuhanmu sekalian, maka bertakwalah kamu kepada-Ku." QS 23 51-52. Oleh karena itu, Rasul Allah Muhammad SAW menegaskan, "Kami golongan para nabi, agama kami adalah sama. Para nabi adalah bersaudara tunggal bapak lain ibu." Lebih jauh, Kitab Suci mengajarkan bahwa umat manusia adalah umat yang tunggal, yang kemudian saling berselisih yang dapat membawa kehancurannya. Namun, Allah tetap menunjukkan kasih-Nya kepada umat manusia sehingga tidak langsung menghukumnya atas dosa-dosa perselisihannya, untuk memberi kesempatan mereka bertobat. Lebih jauh, Kitab Suci mengajarkan bahwa umat manusia adalah umat yang tunggal. "Tidaklah manusia itu melainkan umat yang satu sama, kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhan-mu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka, tentang apa yang mereka perselisihkan itu." QS 10 19. Karena itu, dalam suasana hidup penuh kedamaian tidaklah berarti bahwa perbedaan sesama manusia akan lenyap. Perbedaan yang tidak hakiki akan selamanya tetap ada di antara manusia. Tetapi, dengan anugerah rahmat dan kasih Tuhan kepada manusia, perbedaan itu tidak akan membawa pertikaian, dan memang demikian itulah Allah menciptakan manusia. Perbedaan antara sesama manusia memang dapat menjadi pangkal perselisihan dan persengketaan sesama kita, kecuali jika ada anugerah rahmat kasih sayang Allah kepada kita. Sebaliknya, jika tiada anugerah rahmat kasih sayang Allah itu kepada kita, kemudian kita terus-menerus bersilang sengketa dan bertikai, maka itulah jaminan kita bakal hidup sengsara. QS 11 118-119. Maka, dengan rahmat Allah, perbedaan bukanlah suatu cacat atau kekurangan. Perbedaan akan membawa berkah dan hikmah karena dapat menjadi pendorong perlombaan antara kita menuju berbagai kebaikan. Perbedaan sesama manusia adalah kehendak dan rahasia Ilahi, dan kelak dalam alam akhirat setelah kita mati, barulah kita akan mendapat keterangan apa hakikatnya! QS 5 48. Maka, dengan rahmat Allah, perbedaan bukanlah suatu cacat atau kekurangan. Bagi sejumlah kalangan di antara kita, perbedaan lahiri antara berbagai golongan disalahpahami sebagai perbedaan hakiki. Maka bagi mereka itu, seperti halnya bagi kaum musyrik, sulit sekali memenuhi ajakan untuk tidak berpecah belah, untuk bersatu dalam ajaran-ajaran dasar kesucian dari Tuhan Yang Maha Esa. QS 42 13. Maka, karena persamaan dasar syariat agama semua nabi itu, Allah mengajarkan kepada kita sekalian agar beriman kepada semua kitab suci dan semua nabi, tanpa membeda-bedakan salah seorang pun dari antara mereka. Ajaran semua nabi itu sama, karena semua berasal dari Allah SWT, dan semua kembali kepada-Nya. QS 2 285. Karena itu, para penganut kitab suci dilarang bertikai dan bersilang dengan sesamanya, kecuali terhadap mereka yang zalim. Sebab, semua kitab suci mengajarkan ajaran yang sama, dan berasal dari Tuhan yang sama, Tuhan Yang Esa. QS 29 46. Memang dalam kenyataannya, perbedaan lahiri, perbedaan yang tidak hakiki, tidak semuanya dapat dihindari. Demikian itu, antara lain, karena adanya perbedaan latar belakang lingkungan kehidupan, baik lingkungan alam maupun lingkungan kemasyarakatan. Karena itu, para penganut kitab suci dilarang bertikai dan bersilang dengan sesamanya, kecuali terhadap mereka yang zalim. Tetapi, melalui kegiatan berlomba-lomba menuju kepada berbagai kebaikan al-khayrat, perbedaan yang ada akan justru membawa kepada hikmah rahmat Allah, karena menyediakan proses pembiakan silang untuk kuatnya pandangan dan wawasan Nabi SAW bersabda, "Perbedaan umatku adalah rahmat." Maka, manusia pun berbeda-beda dan terbagi-bagi menjadi berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, semuanya tercipta atas kehendak Allah, agar kita saling kenal dan saling hargai, bukan untuk menjadi alasan membagi-bagi manusia secara diskriminatif, dengan pembagian tinggi rendah yang tidak berdasarkan hasil kerja atau jasa kepada sesama manusia. Dalam pandangan Ilahi, manusia seluruhnya adalah sama, kecuali berdasarkan tingkat takwanya. QS 49 13. Orang yang bertakwa, yang sadar akan kehadiran dan pengawasan Tuhan dalam semua kegiatan dan kerja. Yang mampu mengendalikan diri, bebas dari bisikan yang jahat setan yang terkutuk, yang mendorong manusia kepada perbuatan dosa akibat keserakahan kepada harta dan nafsu berkuasa selamanya. Orang yang bertakwa, yang tahu batas larangan Tuhan, dan yang selamat dari jatuh martabat, terhindar dari dosa yang membawa malapetaka kepada masyarakat dan umat. Orang yang bertakwa, yang sadar akan kehadiran dan pengawasan Tuhan dalam semua kegiatan dan kerja. Marilah kita semua kembali kepada kesucian asal kita, kesucian fitrah yang hanif, yang dengan tulus mencari dan mengikuti kebenaran dan kebaikan. Marilah kita tanamkan takwa dalam diri kita, menyadari kehadiran Tuhan dan pengawasan-Nya dalam segala kegiatan. Marilah kita lawan godaan setan yang mendorong nafsu serakah, dan marilah kita tegakkan keadilan, demi kebahagiaan kita seluruh warga masyarakat dan negara tanpa perbedaan. Marilah kita galang persaudaraan antarumat, antarsuku bangsa, dan antarsesama manusia seluruhnya. Marilah kita wujudkan masyarakat dan negara yang tertib, aman, dan damai, yang membuat bahagia seluruh warga negara. Marilah kita wujudkan itu semua dengan iman, amal kebajikan, bebas dari syirik pemujaan kepada harta dan kekuasaan. Disadur dari Harian Republika edisi 28 November 2003. Nurcholish Madjid 1938-2005 adalah mantan rektor Universitas Paramadina. Ia salah satu budayawan dan pemikir Muslim paling berpengaruh di Indonesia.
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 59 B. Mengapa Harus Khawatir dan Putus Asa? Sebelum membahas hal ini, mari kita menyanyikan Pelengkap Kidung Jemaat no 241 Tak Ku Tahu Kan Hari Esok. Lagu ini menunjukkan bagaimana seharusnya sikap hidup orang yang percaya walau pun masa depan tidak terlalu jelas, tapi keyakinan bahwa Tuhan akan tetap memimpin dan membawa kita ke tempat yang disiapkan-Nya menjadi modal untuk tetap menjalani kehidupan ini. Tak ku tahu kan hari esok, namun langkahku tegap. Bukan surya kuharapkan, kar’na surya kan lenyap. O tiada ku gelisah, akan masa menjelang; ku berjalan serta Yesus. Maka hatiku tenang. Ref Banyak hal tak ku fahami dalam masa menjelang Tapi t’rang bagiku ini Tangan Tuhan yang pegang. Mintalah peserta didik menyanyikan lagu ini dan menghayati kata- katanya. Apa pesan utama yang disampaikan oleh lagu ini? Apakah pesan ini cocok untuk tiap peserta didik? Mengapa mereka merasa demikian? Dalam Kamu Besar Bahasa Indonesia, putus asa dianggap sama artinya dengan putus harapan, yaitu keadaan dimana seseorang tidak memiliki harapan. Sejak beberapa tahun terakhir ini kita semakin sering membaca atau mendengar berita tentang orang yang bunuh diri karena merasa tidak mampu melanjutkan hidup. Perhatikan bahwa kata merasa dicetak miring, dan tambahan pada kata merasa ini membuat makna kalimat berbeda dibandingkan dengan tanpa tambahan kata merasa. Artinya, belum tentu orang tersebut betul-betul tidak mampu, mungkin ia hanya merasa bahwa ia tidak mampu, padahal kemampuan untuk bertahan hidup masih ada padanya. Diunduh dari http 60 Buku Guru Kelas VIII SMP Wujud ketidakmampuan bisa beragam, misalnya, karena tidak mampu membayar hutang, tidak mampu membeli makanan untuk anak, tidak mampu membeli obat untuk menyembuhkan penyakit. Majalah Gatra edisi 29 Agustus 2003 menceritakan tentang kisah pilu Heriyanto yang mencoba bunuh diri karena ibunya tidak sanggup memberikan Rp. untuk membayar kegiatan ekstra kurikuler. Pada saat itu, ia baru berumur 12 tahun, masih sangat muda untuk mengerti bahwa tidak bisa membayar kegiatan ekstra-kurikuler tidaklah sama dengan harus mengakhiri hidup. Untung niat ini tidak tercapai walaupun ia sempat dalam perawatan intensif di rumah sakit dan mengalami cacat mental karena ketiadaan sementara aliran zat asam ke otaknya akibat jerat kuat tali di lehernya. Bunuh diri bisa terjadi pada seseorang yang tidak melihat bahwa hidupnya berarti sehingga ia tidak lagi melihat ada gunanya untuk melanjutkan hidup. Apakah dapat dibenarkan, bila kita putus asa untuk melanjutkan kehidupan dan memilih bunuh diri? Apakah memang kita berhak untuk mengakhiri hidup ini? Padahal bukan kita yang memberikan kehidupan dan karena itu mengakhiri kehidupan juga bukanlah hak kita. Suatu pesan yang indah tentang bagaimana menghadapi hidup disampaikan oleh Tuhan Yesus seperti yang diceritakan di dalam Injil Matius 6 25-34. Mari kita baca pesan Tuhan Yesus ini. “Karena itu Aku berkata kepadamu Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa Diunduh dari http Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 61 kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” Paling sedikit ada tiga pesan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus disini. Pertama, bahwa kita tidak perlu kuatir untuk makan, minum, dan pakaian sebagai hal yang penting dalam hidup ini. Pemeliharaan Tuhan untuk kita jauh melebihi pemeliharaan Tuhan untuk burung yang tetap hidup karena makanan yang disediakan- Nya. Lihatlah juga pemeliharaan Allah terhadap bunga bakung yang indah. Ini semua menunjukkan bahwa Allah sungguh sangat memperhatikan kehidupan ciptaan-Nya. Salomo, yaitu raja Israel yang paling kaya dibandingkan dengan raja-raja lainnya, tentunya memiliki kemampuan untuk memakai baju yang maha indah. Namun, keindahan baju Salomo tidaklah sebanding dengan keindahan bunga bakung. Padahal, apalah artinya bunga bakung yang hanya disamakan dengan rumput, karena begitu hari berganti, keindahannya pun tidak ada lagi. Kekuatiran akan kecukupan makanan, minuman, dan pakaian dimiliki oleh mereka yang tidak mengenal Allah. Tetapi, mereka yang menjadi anak-anak-Nya tidak perlu memiliki kekuatiran akan hal-hal ini. Mengapa demikian? Karena rahasia keberhasilan menjalani hidup ini ada pada pesan Tuhan Yesus yang kedua. Apa pesan-Nya? Pesan-Nya adalah bahwa yang utama dalam menjalani kehidupan ini adalah mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya. Artinya, ketika kita mengutamakan untuk mengenal Allah, karya-karya-Nya, janji-janji-Nya, maka kita akan terpesona terhadap Allah yang sungguh sangat mengasihi kita anak-anak-Nya. Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kita. Kekuatiran yang kita miliki tidaklah sebanding dengan apa yang Allah sanggup berikan kepada kita. Kekuatiran kita tidaklah sanggup membuat kita menjalani hidup dengan nyaman, malahan justru dengan penuh rasa was-was dan ketakutan karena tidak adanya jaminan akan sesuatu yang baik yang akan kita peroleh. Sumber http Gambar Burung sedang mengerumuni makanan Diunduh dari http 62 Buku Guru Kelas VIII SMP Oleh sebab itu, pesan Tuhan Yesus yang ketiga adalah, “...janganlah kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri.” Matius 6 34a Nah, apakah kita bisa menerima pesan Tuhan Yesus yang ketiga ini? Bila kita melihat di sekitar kita, ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa manusia hidup dengan penuh kekuatiran. Ada orang yang memilih untuk bekerja dengan sangat keras karena ingin mengumpulkan uang sebanyak- banyaknya demi masa depannya dan keluarganya. Bekerja keras artinya tanpa mengindahkan kesehatan dan makan teratur serta istirahat yang cukup. Gaya hidup seperti ini ternyata malah merusak kesehatan sehingga akibatnya, pada saat ia mencapai usia sekitar 40 tahun, ia menderita penyakit jantung, atau diabetes, dan sebagainya. Padahal, menjaga keseimbangan antara bekerja dan beristirahat, makan secara teratur dan ber gizi adalah penting untuk kelangsungan hidup yang baik. Tidak ada gunanya kita bekerja dengan sangat keras tanpa mengindahkan istirahat dan makanan yang memiliki asupan gizi seimbang bila ternyata kita meninggal dalam usia relatif muda akibat penyakit yang kita derita Bila Tuhan Yesus tidak ingin kita kuatir, Ia juga tentunya tidak ingin kita putus asa. Apalagi bila membunuh diri saking putus asanya. Harusnya, setiap orang percaya memiliki prinsip seperti tertera dalam Mazmur 146 5 “Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada Tuhan, Allahnya.” Kita bisa menjadi putus asa karena mengandalkan pada kekuatan sendiri, atau mengandalkan orang lain, padahal, kekuatan diri sendiri atau pun kekuatan orang lain ada batasnya. Bila kita mengandalkan pertolongan pada Allah Bapa, apa yang kita butuhkan akan dipenuhi-Nya dengan ketentuan sebagai berikut. 1. Hal yang kita butuhkan memang merupakan sesuatu yang kita perlukan untuk membuat kita semakin bertumbuh dalam pengenalan akan Dia dan semakin berkarya demi kebaikan sesama. 2. Allah pasti memberikan apa yang memang kita butuhkan untuk kebaikan kita dan orang-orang lain yang ada dalam lingkungan kita. Jadi, saat kita bingung mengenai apa yang kita butuhkan tidak kita dapatkan, Gambar Seorang remaja pria memegang secarik kertas Diunduh dari http Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 63 ingatlah bahwa Allah sangat mengasihi kita dan karena itu Allah sangat memperhatikan kita. Mungkin saja jawaban Allah datang tidak secepat yang kita harapkan, tapi tetap datang pada waktu yang tepat menurut Allah, bukan menurut kita. Tuhan Yesus berkata begini kepada murid- murid-Nya “Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak- anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” Matius 7 9 -11 3. Kita harus gigih meminta apa yang kita butuhkan sampai mendapatkannya. Kegigihan untuk mendapatkan apa yang kita inginkan memang disarankan oleh Tuhan Yesus sendiri dalam Matius 7 7-8. “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.” Sungguh kata-kata Tuhan Yesus ini sangat menguatkan kita, bukan? C. Penjelasan Kegiatan Pembelajaran dalam Tiap Langkah
Alasan kita berpuasa alasannya takut pada orang renta2 kita berpuasa alasannya takut pada orang tua TIDAK SETUJUPUASA ADALAH KEWAJIBAN SETIAP MUSLIM, KITA BERPUASA KARENA ITU ADALAH PERINTAH TUHAN ALLAH. JIKA BERPUASA HANYA KARENA HADIAH ATAU DISURUH ORANG TUA. PUASA TIDAK BERKAH ATAU TIDAK BERPAHALA. SIA SIA KANApa hukumnya orang yg berpuasa alasannya adalah takut sama orang tuanya Kita berpuasa sebab takut pada orang bau tanah berikan argumentasikita puasa alasannya adalah takut pada orang renta ? alasan Alasan kita berpuasa alasannya takut pada orang renta Kita Berpuasa Karena Takut Pada Allah Agar Mendapatkan nrimo,bukan alasannya takut pada orang bau tanah 2 kita berpuasa alasannyatakut pada orang tua Jawaban TIDAK SETUJU Penjelasan PUASA ADALAH KEWAJIBAN SETIAP MUSLIM, KITA BERPUASA KARENA ITU ADALAH PERINTAH TUHAN ALLAH. JIKA BERPUASA HANYA KARENA HADIAH ATAU DISURUH ORANG TUA. PUASA TIDAK BERKAH ATAU TIDAK BERPAHALA. SIA SIA KAN Apa hukumnya orang yg berpuasa alasannya adalah takut sama orang tuanya Dia tak mendapatkan apa-apa kecuali lapar & haus. Kita berpuasa sebab takut pada orang bau tanah berikan argumentasi Jawaban sebab bila orang yg bertakwa, puasa itu hanya takut pada Allah.. …… kita puasa alasannya adalah takut pada orang renta ? alasan alasannya ialah jika kita tak puasa kita akan dimarahin orang bau tanah
kita berpuasa karena takut kepada orang tua